GUA HIRA Tempat Wahyu Pertama Diturunkan

   Dari tempat yang sempit inilah, reformasi global dalam memperbaiki kehidupan umat dimulai.
”Bacalah dengan (menyebut) Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” [QS Al-Alaq (96): 1-5].
Di suatu malam pada bulan Ramadhan, bertepatan dengan 13 Agustus 610 Masehi, Malaikat Jibril AS atas perintah Allah SWT turun ke bumi untuk menjumpai seorang manusia yang bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib dan menyampaikan firman Allah kepadanya.
Sementara itu, manusia yang akan dipilih menjadi penghulu dari segala nabi itu sedang terlelap tidur di sebuah gua di pegunungan (Jabal) Nur, sekitar enam kilometer dari Kota Makkah.
Ketika terjaga dari tidurnya, Muhammad kaget karena melihat ada orang lain (Malaikat Jibril) dalam gua. Malaikat Jibril lalu menepuk pundaknya dan menyuruh dirinya untuk membaca. ”Iqra’ (bacalah),” kata Jibril.
Dengan perasaan takut, Muhammad menjawab, ”Ma ana biqari’ (saya tidak bisa membaca).” Lagi-lagi, Malaikat Jibril memintanya untuk membaca, ”Iqra’.” Muhammad yang ummi (tak pandai membaca dan menulis–Red) ini tetap menjawab, ”Ma ana biqari’ (saya tidak bisa membaca).”
Hingga pada yang ketiga kalinya, Jibril mengajaknya untuk membaca. ”Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq. Khalaqal insana min ‘alaq. Iqra’ warabbukal akram. Alladzi ‘allama bil qalam. ‘Allamal insana ma lam ya’lam.”
(Bacalah dengan (menyebut) Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” [QS Al-Alaq (96): 1-5].
Inilah pembaiatan Muhammad sebagai Rasulullah SAW yang membawa risalah kenabian dan kerasulan untuk mengajak umat manusia menuju cahaya Islam.
Selepas menerima wahyu pertama ini, Rasulullah SAW kemudian pulang ke rumah, menemui istrinya, Khadijah binti Khuwailid RA. Muhammad bergegas meminta istrinya agar memberikan selimut padanya. Kemudian, berceritalah manusia pilihan Allah ini tentang peristiwa yang baru saja dialaminya di Gua Hira.
Tak berlangsung lama, Khadijah mengimani (mempercayai) yang disampaikan suaminya. Sebab, sejak kecil, Muhammad sudah dikenal sebagai seorang pria yang jujur. Karena itu, ia dijuluki dan diberi gelar Al-Amin (yang dapat dipercaya).
Khadijah yakin, suaminya telah dipilih oleh Allah SWT sebagai rasul (utusan)-Nya. Muhammad dibaiat untuk membawa umat manusia menuju jalan yang lurus (shiratal mustaqim). Dan, kelima ayat dari surah Al-Alaq itu menjadi akses untuk memperbaiki dunia dari belenggu kebodohan dan kejahiliyahan.
Gua Hira
Sebagian besar umat Islam sudah mafhum (mengetahui) bahwa ayat yang pertama kali diturunkan dan diterima oleh Nabi Muhammad SAW adalah surah Al-Alaq (96) ayat 1-5. Wahyu pertama ini diterima ketika Rasulullah SAW sedang bertafakur di salah satu gunung di kawasan Makkah yang bernama Jabal Rahmah. Di Jabal Rahmah ini, terdapat sebuah gua yang dinamakan Gua Hira.
Jabal Nur dan Gua Hira terletak di sebelah utara Masjidil Haram, berjarak sekitar enam kilometer. Jabal Nur tingginya sekitar 200 meter. Namun, untuk sampai di puncak, dibutuhkan waktu sekitar satu jam pendakian. Gua Hira terletak di sekitar puncak, persisnya berada di belakang dua buah batu besar atau sekitar 40 meter dari puncak Jabal Nur.
Gua Hira ini tidak terlalu luas, yakni hanya sekitar 50 sentimeter (cm) dan panjang kurang dari dua meter. Ia hanya cukup untuk tiga sampai empat orang atau tak lebih dari seorang apabila berbaring. itu pun dalam kondisi berbaring tak sempurna. Sementara itu, tinggi dasar gua mencapai 155 cm.
Pada bagian ujung kanan gua, terdapat sebuah lubang yang dapat digunakan untuk memandang kawasan bukit dan gunung ke arah Makkah. Di sekitarnya, terdapat batu-batu besar berwarna hitam kemerah-merahan yang menutupinya. Karena cahaya terhalang masuk oleh batu-batu itu, di dalam gua selalu gelap.
Di gua inilah, Rasulullah SAW biasa melakukan tafakur (merenung) dan tahannuts (mendekatkan diri) pada Sang Pencipta. Di tempat sempit ini, Nabi Muhammad SAW mengasingkan diri. Ia selalu mencari jalan keluar dan memikirkan keadaan sukunya yang telah melupakan ajaran Nabi Ibrahim AS.
Selama lebih dari 14 abad hingga sekarang ini, kondisi gua tidak banyak berubah. Gua Hira tidak dibangun dan tidak pula dikembangkan. Sebelum masa pemerintahan keluarga Sa’ud, di puncak Gunung Hira, pernah dibangun sebuah kubah sebagai tanda atau tempat bersejarah yang menjadi objek ziarah para jamaah haji setelah selesai menunaikan ibadah haji.
Dalam Ensiklopedia Islam, disebutkan bahwa demi kepentingan para peziarah, di sekitar Gua Hira atau di perbukitan Jabal Nur, pernah dibangun warung kopi. Akan tetapi, setelah keluarga Sa’ud berkuasa di Hijaz, semua bangunan yang didirikan di tempat yang dianggap keramat itu dihancurkan, termasuk kubah dan keberadaan warung kopi serta kolam tempat penampungan air hujan dari atas puncak Jabal Nur.
Alasan perusakan dan pemusnahan itu karena dikhawatirkan akan menjauhkan kaum Muslim dari keimanan dan mendekatkan mereka pada perbuatan syirik, takhayul, dan khurafat. sya/berbagai sumber
Senantiasa Dikunjungi Umat
Bagi umat Islam, Jabal Nur dan Gua Hira adalah tempat yang sangat bersejarah. Sebab, di tempat itulah, Allah SWT menurunkan firman-Nya yang pertama kepada manusia pilihan, Muhammad SAW.
Setiap tahun, Gua Hira dan Jabal Nur sering dikunjungi atau diziarahi umat Islam. Bahkan, pada musim haji, ribuan hingga jutaan jamaah haji mendatangi lokasi ini untuk melihat secara dekat tempat wahyu pertama diturunkan. Sekaligus menyaksikan tempat       manusia pilihan biasa melakukan tafakur dan tahannuts dalam memikirkan kejahiliyahan penduduk Makkah.
Ada bermacam-macam tujuan umat saat berkunjung ke lokasi tersebut. Misalnya, ada yang melakukan shalat di puncak gunung atau ada pula yang ingin menapaktilasi perjalanan Rasulullah SAW saat mendaki puncak gunung. Selebihnya ingin menyaksikan dari dekat tempat wahyu Allah pertama diturunkan ke muka bumi kepada manusia pilihan-Nya, Muhammad SAW.
Setiap tahun, Gua Hira tak pernah sepi dari kunjungan umat. Mereka berbondong-bondong mendatangi dan menziarahi Gua Hira.
Pemerintah Arab Saudi sebenarnya telah melarang para peziarah untuk mendaki gunung tersebut. Ini terlihat dari papan pengumuman di jalan masuk menuju gunung. Imbauan ini ditulis dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
”Saudara kaum Muslim yang berbahagia: Nabi Muhammad SAW tidak menganjurkan kita untuk naik ke atas gunung ini. Begitu pula shalat, mengusap batunya, mengikat pohon-pohonnya, serta mengambil tanah, batu, dan pohonnya. Dan, kebaikan adalah dengan mengikuti sunah Nabi SAW, maka janganlah Anda menyalahinya.”
Demikian papan pengumuman yang dikeluarkan Pemerintah Arab Saudi. Namun demikian, larangan itu jarang dipatuhi umat. Bahkan, dengan berbondong-bondong, baik umat Islam dari Jazirah Arabia, Asia, Afrika, maupun Eropa, tetap saja mendatangi dan memaksakan diri untuk mendaki Jabal Nur dan memasuki Gua Hira.
Bahkan, pada zaman dahulu, Jabal Nur ini juga sering didatangi tokoh-tokoh ternama. Di antaranya adalah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Adul Uzza, anak paman dari Siti Khadijah. sya/berbagai sumber
Reformasi Global dari Gua Hira
Gua Hira yang terletak di perbukitan Jabal Nur merupakan lokasi pertama Rasulullah SAW dalam memikirkan kondisi kaumnya (Quraisy) yang jahiliyah. Kondisi kaumnya yang suka mabuk-mabukan, berzina, hingga membunuh anak kandung sendiri, membuat Muhammad sedih.
Kondisi kaum Quraisy ketika itu sudah sangat buruk dan sangat memprihatinkan. Mereka telah mempertuhankan berhala-berhala yang mereka buat sendiri. Berhala-berhala itu dipuja dan disembah. Mereka meminta kepada berhala-berhala itu karena dianggap sebagai penolong mereka.
Karena itulah, melihat kondisi buruk kaumnya ini, Muhammad bin Abdullah yang terkenal sebagai pria yang jujur (Al-Amin) pergi mengasingkan diri dari kehidupan kaumnya yang nista. Muhammad mencari petunjuk dalam upaya memperbaiki kehidupan      
kaumnya. Selama tiga tahun berturut-turut pada bulan Ramadhan, Muhammad bertafakur di Gua Hira yang berada di timur laut Kota Makkah, di pinggir jalan menunju Ji’ranah.
Ia menjadi seorang pencari kebenaran sejati (the seeker of truth). Muhammad senantiasa memikirkan keadaan kaumnya yang sudah melupakan ajaran Nabi Ibrahim al-Khalil. Di tempat sempit itulah, Muhammad berkhalwat: mengasingkan diri dari kehidupan duniawi dan mencari hakikat kebenaran.
Budaya berkhalwat ini sebenarnya juga menjadi kebiasaan orang-orang Arab. Mereka melakukan hal itu untuk mencari kebenaran dan petunjuk dari yang Mahagaib.
Ketika tiba masanya, dalam tahannuts-nya di Gua Hira, Allah mewahyukan manusia yang ummi ini untuk menjadi Rasul-Nya dalam memperbaiki kondisi moral kaum Quraisy yang sangat buruk.
Tak hanya bagi kaum Quraisy, Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk memperbaiki kehidupan akhlak seluruh umat manusia. Dari Gua Hira-lah semuanya bermula. Dari tempat yang sempit di pegunungan Jabal Nur, reformasi global dilakukan. Seluruh umat manusia, baik keturunan Arab maupun ‘Ajam (non-Arab), diserukan untuk menyembah Allah, mengerjakan perbuatan baik (ma’ruf), dan menjauhi perbuatan mungkar. sya/berbagai sumber

DUA GOLONGAN PENGHUNI NERAKA

1.      Penguasa bercemeti
2.      Perempuan bertelanjang
Daripada Abu Hurairah r.a. katanya: Rasulullah s.a.w. bersabda: "Ada dua golongan yang akan menjadi penghuni neraka yang belum lagi aku melihat mereka. Pertama, golongan (penguasa) yang mempunyai cemeti-cemeti bagaikan ekor lembu yang digunakan untuk memukul orang. Kedua, perempuan yang berpakaian tetapi bertelanjang, berlenggang-lenggok waktu berjalan, menghayun-hayun bahu. Kepala mereka (sanggul di atas kepala mereka) bagaikan bonggol (goh) unta yang senget. Kedua-dua golongan ini tidak akan masuk syurga dan tidak akan dapat mencium bau wanginya. Sesungguhnya bau wangi syurga itu sudah tercium dari perjalanan yang sangat jauh daripadanya."
 (Riwayat Muslim)ULASANKebenaran sabdaan Rasulullah s.a.w. ini dapat kita lihat daripada realitimasyarakat yang ada pada hari ini. Ada golongan yang suka memukul orangdengan cemeti tanpa soal-siasat, bertindak kepada manusia dengan hokum rimba. Dan ramai perempuan yang berpakaian tetapi bertelanjang. Maksudnya,kalau kita hendak kata berpakaian pun boleh, kerana masih ada secarik kaindi atas badan, dan kalau kita hendak katakan bertelanjang pun boleh, keranaw alaupun berpakaian tetapi hanya dengan secarik kain sahaja, maka samalah dengan bertelanjang. Ataupun ia berpakaian dengan pakaian yang sangat tipis sehingga menampakkan warna kulit dan mencorakkan bentuk aurat. Mereka berjalan sambil menghayun-hayunkan badan dengan sanggul yang besar, seperti goh unta.Kedua-dua golongan ini tidak akan masuk ke dalam syurga dan tidak akan dapat mencium bau wanginya, walaupun semerbak wanginya telah tercium dari jarakperjalanan 500 tahun sebelum sampai kepadanya.Hadis kelima belas dalam buku Empat Puluh Hadis Tentang Peristiwa Akhir Zaman susunan Abu Ali Al-Banjariyah An-Nadwi, terbitan Khazanah Banjariyah, MaahadTarbiah Islamiyah, Pokok Sena, Kedah Darulaman, tahun 1991, m.s. 42 dan 43.

Jibril AS, Kerbau, Kelawar & Cacing

 
  Suatu hari Allah SWT memerintahkan malaikat Jibri AS untuk pergi menemui salah satu makhluk-Nya yaitu kerbau dan menanyakan pada si kerbau apakah dia senang telah diciptakan Allah SWT sebagai seekor kerbau. Malaikat Jibril AS segera pergi menemui si Kerbau.Di siang yang panas itu si kerbau sedang berendam di sungai. Malaikat Jibril AS mendatanginya kemudian mulai bertanya kepada si kerbau, "Hai kerbau apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kerbau". Si kerbau menjawab, "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kerbau, dari pada aku dijadikan-Nya sebagai seekor kelelawar yang ia mandi dengan kencingnya sendiri". Mendengar jawaban itu Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor kelelawar.Malaikat Jibril AS mendatanginya seekor kelelawar yang siang itu sedang tidur bergantungan di dalam sebuah gua. Kemudian mulai bertanya kepada si kelelawar, "hai kelelawar apakah kamu senang telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai seekor kelelawar". "Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor kelelawar dari pada aku dijadikan-Nya seekor cacing. Tubuhnya kecil, tinggal di dalam tanah, berjalannya saja menggunakan perutnya", jawab si kelelawar. Mendengar jawaban itu pun Malaikat Jibril AS segera pergi menemui seekor cacing yang sedang merayap di atas tanah.Malaikat Jibril AS bertanya kepada si cacing, "Wahai cacing kecil apakah kamu senang telah dijadikan Allah SWT sebagai seekor cacing". Si cacing menjawab, " Masya Allah, alhamdulillah, aku bersyukur kepada Allah SWT yang telah menjadikan aku sebagai seekor cacing, dari pada dijadikaan-Nya aku sebagai seorang manusia. Apabila mereka tidak memiliki iman yang sempurna dan tidak beramal sholih ketika mereka mati mereka akan disiksa selama-lamanya".

JIBRIL DAN MIKAIL MENANGIS

   Dalam sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali menyebutkan bahwa iblis itu sesungguhnya namanya disebut sebagai al-Abid (ahli ibadah) pada langit yang pertama, pada langit yang keduanya disebut az-Zahid. Pada langit ketiga, namanya disebut al-Arif. Pada langit keempat, namanya adalah al-Wali. Pada langit kelima, namanya disebut at-Taqi. Pada langit keenam namanya disebut al-Kazin. Pada langit ketujuh namanya disebut Azazil manakala dalam Luh Mahfudz, namanya ialah iblis.


Dia (iblis) lupa akibat urusannya. Maka Allah S.W.T telah memerintahkannya sujud kepada Adam. Lalu iblis berkata, "Adakah Engkau mengutamakannya daripada aku, sedangkan aku lebih baik daripadanya. Engkau jadikan aku daripada api dan Engkau jadikan Adam daripada tanah.

"Lalu Allah S.W.T berfirman yang maksudnya, "Aku membuat apa yang aku kehendaki." Oleh kerana iblis memandang dirinya penuh keagungan, maka dia enggan sujud kepada Adam A.S kerana bangga dan sombong.Dia berdiri tegak sampai saatnya malaikat bersujud dalam waktu yang berlalu. Ketika para malaikat mengangkat kepala mereka, mereka mendapati iblis tidak sujud sedang mereka telah selesai sujud. Maka para malaikat bersujud lagi bagi kali kedua kerana bersyukur, tetapi iblis tetap angkuh dan enggan sujud. Dia berdiri tegak dan memaling dari para malaikat yang sedang bersujud. Dia tidak ingin mengikut mereka dan tidak pula dia merasa menyesal atas keengganannya.

Kemudian Allah S.W.T merubahkan mukanya pada asalnya yang sangat indah cemerlangan kepada bentuk seperti babi hutan. Allah S.W.T membentukkan kepalanya seperti kepala unta, dadanya seperti daging yang menonjol di atas punggung, wajah yang ada di antara dada dan kepala itu seperti wajah kera, kedua matanya terbelah pada sepanjang permukaan wajahnya. Lubang hidungnya terbuka seperti cerek tukang bekam, kedua bibirnya seperti bibir lembu, taringnya keluar seperti taring babi hutan dan janggut terdapat sebanyak tujuh helai.Setelah itu, lalu Allah mengusirnya dari syurga, bahkan dari langit, dari bumi dan ke beberapa jazirah. Dia tidak akan masuk ke bumi melainkan dengan cara sembunyi. Allah S.W.T melaknatinya sehingga ke hari kiamat kerana dia menjadi kafir.

Walaupun iblis itu pada sebelumnya sangat indah cemerlang rupanya, mempunyai sayap emapt, banyak ilmu, banyak ibadah serta menjadi kebanggan para malaikat dan pemukanya, dan dia juga pemimpin para malaikat karubiyin dan banyak lagi, tetapi semua itu tidak menjadi jaminan sama sekali baginya.Ketika Allah S.W.T membalas tipu daya iblis, maka menangislah Jibril A.S dan Mikail. Lalu Allah S.W.T berfirman yang bermaksud, "Apakah yang membuat kamu menangis?" Lalu mereka menjawab,

"Ya Allah! Kami tidaklah aman dari tipu dayamu."Firman Allah bagi bermaksud, "Begitulah aku. Jadilah engkau berdua tidak aman dari tipu dayaku."Setelah diusir, maka iblis pun berkata, "Ya Tuhanku, Engkau telah mengusir aku dari Syurga disebabkan Adam, dan aku tidak menguasainya melainkan dengan penguasaan-Mu.

"Lalu Allah berfirman yang bermaksud, "Engkau dikuasakan atas dia, yakni atas anak cucunya, sebab para nabi adalah maksum.

"Berkata lagi iblis, "Tambahkanlah lagi untukku." Allah berfirman yang maksudnya, "Tidak akan dilahirkan seorang anak baginya kecuali tentu dilahirkan untukmu dua padanya.

"Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Lalu Allah berfirman dengan maksud, "Dada-dada mereka adalah rumahmu, engkau berjalan di sana sejalan dengan peredaran darah.

"Berkata iblis lagi, "Tambahkanlah lagi untukku." Maka Allah berfirman lagi yang bermaksud, "Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukan yang berjalan kaki, ertinya mintalah tolong menghadapi mereka dengan pembantu-pembantumu, baik yang naik kuda mahupun yang berjalan kaki.

Dan berserikatlah dengan mereka pada harta, iaitu mendorong mereka mengusahakannya dan mengarahkannya ke dalam haram.""Dan pada anak-anak, iaitu dengan menganjurkan mereka dalam membuat perantara mendapat anak dengan cara yang dilarang, seperti melakukan senggama dalam masa haid, berbuat perkara-perkara syirik mengenai anak-anak itu dengan memberi nama mereka Abdul Uzza, menyesatkan mereka dengan cara mendorong ke arah agama yang batil, mata pencarian yang tercela dan perbuatan-perbuatan yang jahat dan berjanjilah mereka."

(Hal ini ada disebutkan dalam surah al-Isra ayat 64 yang bermaksud :

"Gerakkanlah orang yang engkau kuasai di antara mereka dengan suara engkau dan kerahkanlah kepada mereka tentera engkau yang berkuda dan yang berjalan kaki dan serikanlah mereka pada harta dan anak-anak dan berjanjilah kepada mereka. Tak ada yang dijanjikan iblis kepada mereka melainkan (semata-mata) tipuan."

JIN DILEMPAR DUA MALAIKAT

 PADA zaman dahulu ketika Nabi Sulaiman memerintah, hiduplah sepasang burung wirsanah di atas sebatang pokok besar kepunyaan seorang peladang. Pasangan burung itu hidup dalam aman dan sentosa. Setiap hari pasangan burung itu bergembira. Apabila fajar menyingsing berkicauanlah kedua-dua pasangan burung wirsanah itu. Kegembiraan mereka semakin bersemarak apabila masa bertelur telah tiba. Mereka bersyukur kepada Tuhan kerana tidak lama lagi telur-telur akan menetas dan lahirlah anak-anak yang mereka nanti-nantikan. Tiba-tiba kebahagiaan hidup mereka berdua terganggu apabila tuan punya ladang yang terdiri dan sepasang suami isteri datang ke kebun mereka. Dan berkata si isteri kepada suaminya Kanda....!, lihatlah di atas pokok itu ada sarang burung. Ambillah kanda, rayu isteri peladang itu. "Nanti bolehlah kita hadiahkan burung-burung itu kepada anak-anak kita di rumah, tambah isteri peladang itu lagi. Mendengar kata-kata isterinya itu lantas suaminya terus memanjat pokok itu untuk mangambil anak-anak burung wirsanah yang kedengaran mencuit-cuit kerana baru menetas. Sebaik saja dia (suami) itu sampai ke tempat sarang burung wirsanah itu, diapun terus mengambil anak-anak bunung itu tanpa rasa belas kasihan. Kedua pasang burung wirsanah itu menangis setelah anak mereka diambil oleh peladang itu. "Apakah yang harus kita lakukan kanda, kata burung wirsanah betina sambil terisak-isak. "Kanda marilah kita pergi mengadu kepada Nabi Sulaiman akan hal ini, bukankah dia raja kita juga. Pada esok harinya pagi-pagi lagi kedua pasang wirsanah itu pun pergi mengadap Nabi Sulaiman mengadukan penistiwa yang telah mereka alami semalam. Mendengar cenita kedua ekor burung itu, Nabi Sulaiman turut berasa sedih dan bersimpati. Kemudian Nabi Sulaiman pun memenintahkan peladang itu mengadap baginda. "Hai peladang! mengapakah kamu ganggu burung ini. Bukankah perbuatan kamu itu telah membuat makhluk menjadi sengsara, tegas Nabi Sulaiman sebaik saja peladang itu mengadap. Peladang itu hanya menundukkan kepala kerana tidak berani menjawab. "Sekanang kamu harus berjanji bahawa kamu tidak akan mengganggu burung-burung wirsanah lagi. Jika kamu ulangi perbuatan mu itu nescaya saya akan hukum kamu dengan seberat-beratnya, Faham!, bentak Nabi Sulaiman keras. Kira-kira setahun kemudian burung wirsanah itu bertelur lagi. Seperti biasa pagi-pagi lagi kedua peladang itu tiba di kebun mereka. Sebaik saja mereka menjejak kaki ke kawasan itu mereka mendengar bunyi suara anak-anak burung wirsanah itu mencuit-cuit, lantas si isteri peladang itu mendongak ke atas dan berkata kepada suaminya. "Kanda.. .rupa-nupanya kita beruntung lagi kerana burung itu beranak lagi, ambillah kanda, seru isterinya. "Tidak adinda! kekanda telah berjanji dan bersumpah yang kanda tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Kalau kanda ingkar pasti Nabi Sulaiman akan menghukum kanda. "Janganlah kanda khuatir, saya percaya Nabi Sulaiman tidak akan ingat lagi akan perkara itu, kerana dia sibuk menguruskan hal-hal negara. Tak mungkin baginda akan memikirkan hal-hal yang sebegini kecil, pujuk isterinya. Mendengar pujukan isterinya dia terlupa akan sumpah yang telah dilafazkan dahulu. Lantas dia pun terus memanjat dan mengambil anak-anak bunung wirsanah itu. Isterinya amat gembira kerana suaminya sudi mengambil anak-anak burung itu untuk dihadiahkan kepada anak-anaknya. Melihatkan anak-anaknya diambil oleh peladang itu, burung wirsanah tidak dapat menahan perasaan sedih lalu dia menangis tidak henti-henti, kerana kejadian kedua yang telah mereka alami. "Wahai kekanda, marilah kita mengadu lagi kepada Nabi Sulaiman. Kita minta keadilan dari baginda., sehingga peladang itu menerima hukuman sesuai dengan sumpahnya dahulu. Sebaik saja fajar menyingsing maka awal-awal lagi kedua pasang burung wirsanah itu terbang ke tempat Nabi Sulaiman untuk mengadukan hal. Setelah perkara itu diadukan, Nabi Sulaiman berasa terkejut kerana peladang itu telah mempermainkan janji-janjinya. "Hai jin! Aku tugaskan kamu berdua untuk menjaga burung wirsanah jika mereka beranak nanti. Awasilah peladang itu. Jika dia cuba mengambil anak burung winsanah itu, tangkap dan lemparkan separuh badannya ke sebelah selatan dan separuh lagi ke sebelah utara, titah Nabi Sulaiman kepada jin. Baik tuan, jawab jin. Selang beberapa bulan kemudian burung wirsanah itu beranak lagi, tapi kali in pasangan burung itu berasa lega kenana ada jin yang mengawasi mereka. Seperti biasa pada setiap pagi kedua peladang itu datang ke kebun mereka. Dan atas pokok kedenganan anak-anak burung wirsanah mencuit-cuit manja. "Kanda! Lihatlah bunting itu beranak lagi, kata isterinya keriangan. "Bukankah sudah saya katakan bahawa Nabi Sulaiman sudah terlupa akan janji kekanda, ambillah lagi kekanda, perintah isterinya. Tanpa berfikir panjang suaminya terus memanjat pokok itu untuk mengambil anak-anak burung itu. Pada masa itu kedua-dua jin itu telah bersedia hendak menangkap peladang itu sebagaimana yang telah diamanahkan. Sebaik saja peladang itu tiba di pertengahan pokok, tiba-tiba dia terdengar bunyi suara orang mengemis meminta makanan, lantas peladang itu merenung ke bawah dan memanggil isterinya supaya memberikan apa saja makanan untuk pengemis itu. Isteninya pulang ke rumah untuk mencari sebarang makanan untuk diberikan kepada pengemis itu malangnya si isteri tidak menemui sebarang makanan. Lalu dia pun kembali menemui suaminya dan memberitahu keadaan yang sebenamya. "Sebenarnya pada masa tuan punya ladang itu sedang memanjat pokok itu untuk mengambil anak burung tiba-tiba kedenganan bunyi suana peminta sedekah meminta makanan. Isteri peladang itu tidak dapat memberi pengemis itu makanan, lantas suami kepada isteri itu turun dan pokok tersebut dan telah pergi mencari makanan, akhirnya dia berjaya mendapatkan roti lalu diberikan kepada pengemis itu. Setelah itu dia memanjat semula ke atas pokok itu dan disaat itu hamba berdua hendak menangkapnya tiba-tiba dua malaikat telah menangkap kami berdua dari belakang, jelas kedua jin itu. Sebaik saja mendengar penjelasan jin itu maka fahamlah Nabi Sulaiman bahawa orang yang bersedekah itu boleh terhindar daripada bala bencana sebagaimana peladang itu tadi.